Bhineka Tunggal Ika

Saya terlahir sebagai lelaki yang telah hidup lebih dari 20 tahun.

Semasa kecil kuhabiskan bermain dengan teman sebaya. Dan saya lahir dan menghabiskan masa kecil saya hingga dewasa di Lampung.
Dalam ingatan saya gak pernah sekalipun saya berpikir saya adalah orang jawa atau saya adalah orang lampung. Yang ada dalam pikiran saya dan semua teman sebaya saya adalah kita, kami adalah sekumpulan anak kecil yang terlahir dan dalam masa ini (masa masih kecil) belajar di sd bersama, bermain bersama dan menghabiskan waktu bersama tanpa berpikir dari mana asal keluarga kami. Natural dan alamiah kami menjalani itu semua dan alhamdulilah hingga kami harus berani menerima kalo kami sudah dewasa. Dan bukan anak kecil lain.
Yang jelas cara main kami sudah berbeda. Kalo dulu bertemu berkumpul kami bermain kejar kejaran atau petak umpet bahkan sampai nyolong rambutan orang hingga membuat perut kami kenyang. Namun sekarang pertemuan dan berkumpul kami berbeda, yaa berkumpul disuatu tempat dengan minum kopi dan bercerita hingga olahraga seperti bermain futsal atau badminton. Walau dihati kecil kami masih merindukan permainan semasa kecil.

Berkumpul dan berolahraga kami lakukan hingga pada waktunya untuk berbicara dari masalah hati perasaan sampai kondisi keuangan. Atau hanya sekedar tertawa dan serius membahas isu politik dan kejadian kejadian yang kami pikir itu sedang hangat untuk diperbincangkan, ya walau itu kadang tidak penting. Seperti bumi itu datar atau bulat, walau sebetulnya kita bahas dan di debatkan gak bakal membuat kami untung. Atau ada salah satu diantara kami yang membahas proyek dan butuh dukungan dana berupa materil. Atau ada pula membahas siapa yang akan menjadi jodoh kami., ini pembahasan yang membuat kopi secangkir bisa dihabiskan dalam waktu satu malam. Ya itulah kami berkumpul untuk sekedar menjaga silaturahmi. Dan kami menganggap itu sebagai cara kami berbagi. Karena berbagi ga cuma kebahagian tapi juga kesedihan. Ketika kita membagi kesedihan kita lama-lama kesedihan kita akan sedikit dan habis. Dan orang yang kita bagi kesedihan kita bisa membuang kesedihan itu karena mungkin tidak berguna. Dengan begitu kesedihan akan hilang dengan sendirinya.

Semakin dewasa semakin saya berpikir terkait pula dengan isu hangat hari lalu hari ini dan mungkin berlanjut hingga esok. Ya isu tentang Bhineka Tunggal Ika.

Saya menyadari dari teman sekumpulan kami ini tidak semuanya berasal dari suku lampung. Saya jelaskan sedikit ada si AA orang sunda asli yang lahir di pangandaran namun semenjak kecil jadi transmigran dilampung. Ada juga kyai yang darah murninya masih keturunan bangsawan lampung. Ataupun si lay yang asli orang batak, kecil dan lahir di lampung. Logat pun orisinil. Dan saya orang jawa yang tinggal di lampung ya bisa dibilang saya generasi ke tiga dari transmigran kakek buyut saya.

Semasa kecil tak pernah kita bertanya tanya diantara kami "kamu suku apa? Kamu orang mana? Kamu jawa ? Atau kamu lampung!" Yang ada pertanyaannya adalah "kita mau main apa hari ini? Kita main di sawah aja! Kita main di lapangan ! Kita main di rumah saya aja, ibu saya bikin es !"  Dan masih banyak lagi.

Namun sekarang., dewasa ini ketika kita sudah tahu saya jawa. Kamu medan. Km lampung. Kamu sunda. Mulai ada permasalahan dan pertanyaan. Kami mengakui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia disingkat NKRI adalah negara Bhineka Tunggal Ika.
Namu kami menyadari ungkapan itu masih belum sepenuhnya dimengerti dan masih diantara kita masih sepakat kalo kita masih mementingkan mengutamakan dan memprioritaskan SUKUISME.

Usia semakin dewasa, asmara mulai tumbuh membara, rasa untuk memili semakin ada, hingga akhirnya pernikahan adalah jalan utama. Ya namun setiap ekspetasi terkadang tidak sejalan dengan kenyataan. Atau kadang mimpi lebih indah dikala tidur dari pada disaat sedang terbangun. Setiap perjalanan diantara kami tidaklah mulus.
Persatuan dua insan yang mencoba mencari ridho tuhan pun terhambat karena masalah suku.

Seorang lelaki dari lampung yang sudah teguh untuk menghalalkan gadis dari jawa terpaksa berhenti kala orang tua tak merestui.

Adapun lelaki jawa yang lamarannya ditolak karena dikira belum beruang dimata sang ayah suku lampung., namun dengan kegigihan si lelaki yang merantau hingga ke negeri ginseng untuk mendapatkan lembaran rupiah. Dan pulang kembali untuk mendapatkan restu orang tua si gadis.

Adapun pria yang berbadan tegar bahkan mampu mngubah batu menjadi tanah ditabrak kereta(sepeda batak) ndak mati dia harus memperjuangkan dihadapan orang tua perempuan jawa dengan segala kearifan dan kelembutannya. Adapun alasan orang tua gadis tak suka dengannya karena bersuku batak.

Ataupun saya yang telah berikrar setia sampai maut memisahkan dengan dirinya. Harus ikhlas dengan segala keputusan karena saya jawa tak diterima oleh dia yang lampung.

Seakan yang terjadi ploting dan persukuan sudah mengukir pada diri kita. Bhineka Tunggal Ika lebih bisa kita laksanakan kala kita masih kecil dan masa itu adalah kenyataan di saat terbangun selalu dinantikan dan mimpi di waktu tidur agar cepat dilaksanakan.
NKRI adalah Bhineka Tunggal Ika. Silahkan diantara kita mampu dan selalu mewujudkan itu semua. Aamiin

Someday today., Adapun dengan segala ketulusan dan keridhoan setiap orang tua. Sunda bersatu dengan jawa. Medan meluluhkan hati sang jawa. Lampung membuka mata hati kepada si jawa. Jawa ikhlas dengan segala kewibawaan dari lampung ataupun medan. Semuanya berakhir bahagia. Karena setiap kesedihan telah dibagi dan dilupakan.

Okay yes., all is well. Tulisan ini saya akui, saya tulis dengan terbuka dan dengan keras. Tak ada keraguan untuk menyampaikannya.  Dan selalu siap untuk menerima setiap resiko dengan pertanggung jawaban. Tak ada kata takut karena ketakutan manusia yang sesungguhnya bertumpu pada satu kata KEMATIAN. Caci maki, hujatan, sindiran, hinaan adalah salah satu dari kehidupan. Dan kebahagian kesuksesan keberhasilan adalah pilihan, apakah bisa kita ambil? Atau mampu ujtuk mewujudkannya?
Satu kalimat
Saya mau dan saya bisa!!!

#ibk


Comments

Ncep said…
This comment has been removed by the author.

Popular posts from this blog

study ipa

Pratikum BiologI paman